sejarah jatuhnya kota Konstantinopel
Rasulullah S.A.W pernah bersabda: “Kota Konstantinopel akan
jatuh ke tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah
pemimpin yang membebaskannya dan sebaik-baik tentara adalah
tentaranya”.[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Pada
masa pemerintahan Sulthan Murad II beberapakali usaha penaklukkan Kota
Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masanya pasukan Islam beberapakali
mengepung kota ini. Adalah Sulthan Muhammad II putera Sulthan Murad II
yang melanjutkan penaklukkan Konstantinopel baik dari ayahnya maupun
pendahulunya, dalam rangka penaklukan konstantinopel dia berusaha untuk
memperkuat kekuatan militer Utsmani dari segi kwantitas hingga mencapai
250.000 personil.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah mengadakan perjanjian dengan kerajaan yang berbatasan langsung dengan konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan Galata yang bersebelahan dengan Byzantine. Ini merupakan strategi yang penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.
Akhirnya
pasukan yang dipimpin langsung sultan Muhammad II sampai didekat
Konstantinople pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H.(6 April
1453 M). bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, dan tangan kanannya,
Halil Pasha dan Zaghanos Pasha mereka merencanakan penyerangan ke
Konstantinopel dari berbagai penjuru kota dengan berbekal 150.000 ribu
pasukan , meriam dan 400 kapal perang. Sulthan Muhammad II mengirim
surat kepada Paleologus untuk masuk Islam, menyerahkan penguasaan kota
secara damai atau memilih perang. Constantine Paleologus bertahan untuk
tetap mempertahankan kota. Ia dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran
Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng tinggi 10-an meter tersebut memang sulit ditembus, selain itu di sisi luar benteng dilindungi oleh parit-parit dalam. Dari sebelah barat pasukan altileri harus membobol benteng setebal dua lapis sedangkan dari arah selatan laut Marmara, armada laut turki utsmani harus berhadapan dengan kapal perang Genoa pimpinan Giustiniani dan di arah timur selat sempit tanduk emas sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya.
Keesokan
harinya, Sultan Muhammad II telah menyusun dan membagi tentaranya
menjadi tiga bagian. Pertama adalah gugus utama yang bertugas mengepung
benteng yang mengelilingi Costantinopel. Di belakang kumpulan utama itu
adalah tentara cadangan yang bertugas menyokong tentera utama. Meriam
telah diarahkan ke pintu Topkopi. Pasukan pengawal juga diletakkan di
beberapa kawasan strategis seperti kawasan-kawasan bukit di sekitar Kota
Byzantine. Armada laut utsmani juga diletakkan di sekitar perairan yang
mengelilingi Costantinople. Akan tetapi kapal-kapal tidak bisa memasuki
perairan Tanduk Emas disebabkan rantai raksasa yang menghalanginya.
Salah
satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang
sudah dirantai. Sampai akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh
dikemukakan namun akhirnya dilakukan. Ide tersebut adalah memindahkan
kapal-kapal perang yang berada di perairan selat bosporus ditarik
melalui darat untuk menghindari rantai penghalang. Hanya dalam semalam
70-an kapal bisa memasuki wilayah perairan Golden Horn ( Tanduk Emas )
melalui jalur darat yang memiliki perbukitan yang tinggi dan terjal.
(dari yang saya pernah baca teknisi menggunakan 2 buah gelondongan kayu
yang diapit menjadi satu sehingga bagian bawah kapal yang lebih lancip
bisa melewati celah antara gelondongan untuk mempermudahnya kayu2
diolesi minyak sehingga licin, susunan kayu2 itu membentuk jalur yang
menghubungkan 2 laut yang berbeda).
Pada subuh pagi
tanggal 22 April, penduduk kota yang lelap itu terbangun dengan suara
pekik takbir tentara Islam yang menggema di perairan Tanduk Emas.
Orang-orang di konstantinopel gempar, tak seorangpun yang percaya atas
apa yang telah terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan bagaimana
semua itu bisa terjadi hanya dalam semalam. Bahkan ada yang menyangka
bahwa tentara sultan mendapat bantuan jin dan setan.
Takbir
"Allahu Akbar, Allahu Akbar!" yang menggema di segala penjuru
Costantinople telah memberikan serangan psikologis kepada penduduk kota
itu. Semangat mereka terus luntur dengan ancaman demi ancaman dari
pekikan takbir mujahiddin. Ketika ribut yang belum juga reda, penduduk
Costantinople menyadari bahwa tentara Islam telah membuat terowongan
untuk masuk ke dalam pusat kota. Ketakutan melanda penduduk sehingga
mereka curiga dengan bunyi tapak kaki sendiri. Kalau-kalau tentara
'turki' keluar dari dalam bumi !!
Pada 27 Mei 1453,
Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya meluruskan niat dan
membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka membanyakkan solat, doa
dan zikir dengan harapan Allah SWT akan memudahkan kemenangan.
"...sesungguhnya
apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika kemenangan hijrah,
baginda telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari. Sesungguhnya Abu Ayyub
telah pun datang (ke Costantinople) dan berada di sini!" Kata-kata
inilah yang membakar semangat tentara islam hingga ke puncaknya.
Tepat
jam 1 pagi hari Selasa 20 Jamadil Awal 857H / 29 Mei 1453 M, serangan
umum dilancarkan.Diiringi hujan panah, tentara turki islam maju dalam
tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis
kedua dan terakhir pasukan khusus Yanissari. Para mujahidin
diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil
menyerang kota. Penduduk Costantinople telah berada di puncak ketakutan
mereka pagi itu. Mujahidin yang memang menginginkan mati syahid, begitu
berani maju menyerbu tentara konstantinopel.
Tentara islam
akhirnya berhasil menembus kota Costantinople melalui Pintu Edirne dan
mereka telah berhasil mengibarkan bendera Daulah utsmani di puncak kota.
Constantine XI Paleologus yang melihat kejadian itu melepas baju perang
kerajaannya dan maju bertempur bersama pasukannya hingga menjadi martir
dan tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri melarikan diri
meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri
lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan
gugur di peperangan.
Berita kematian Costantine telah
menaikkan lagi semangat tentara Islam untuk terus menyerang. Namun
sebaliknya, bagaikan pohon tercabut akar, tentara konstantinopel menjadi
tercerai berai mendengar berita kematian Rajanya.
Tepat
pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal 29 Mei
1453 M, Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan oleh para
mujahiddin, Sulthan Muhammad II kemudian dia turun dari kudanya dan
memberi penghargaan pada pasukan dengan ucapannya “MasyaAllah, kalian
telah menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang
telah Rasulullah kabarkan” baru kemudian beliau sujud kepada Allah SWT
di atas tanah, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk
kerendahan diri dihadapan-Nya.
Pada hari itu, mayoritas penduduk
Costantinople bersembunyi di gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad
Al-Fatih berpesan kepada tentaranya supaya berbuat baik kepada penduduk
Costantinople. Beliau kemudian menuju ke Gereja Aya Sofya yang ketika
itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota. Ketakutan
jelas terbayang di wajah masing-masing penduduk ketika beliau
menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka pintu
gereja, dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk. Selepas
itu, Sultan Muhammad II meminta supaya gereja berkenaan ditukar menjadi
masjid supaya Jumat pertama nanti bisa dikerjakan sholat jumat.
Sementara gereja lainnya tetap seperti biasa. Para pekerja bertugas
menanggalkan salib, patung dan menutupi gambar-gambar untuk tujuan
sholat. Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama para muslimin
telah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sofya. Khutbah yang pertama
di Aya Sofya itu disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak Semsettin. Nama
Costantinople kemudiannya diganti "Islam Bol / Islambul", yang berarti
"Kota Islam" dan kemudian dijadikan sebagai ibu kota ketiga Khilafah
Othmaniyyah setelah Bursa dan Edirne.
Atas jasanya Sultan Muhammad II
diberi gelar Al-Fatih ( penakluk ), sehingga beliau sering dipanggil
Sultan Muhammad Al-Fatih. Pertempuran merebutkan kota konstantinopel
berlangsung dari tanggal 6 april s/d 29 mei 1453, atau hampir 2 bulan
lamanya.
Sumber : http://maju-kebelakang.blogspot.com
sore gan ;) kunjungan perdana nih :D salam kenal
BalasHapussalam kenal juga, makasih buat kunjungan nya :-d
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus